Metaverse adalah konsep ruang virtual bersama yang dibuat dengan menggunakan realitas virtual dan teknologi blockchain. Di metaverse, pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan objek digital secara real time, menciptakan sistem sosiokultural dan ekonomi yang unik. Ini adalah ruang yang mengaburkan batas-batas antara dunia maya dan dunia fisik, memungkinkan para pesertanya untuk melakukan bisnis, bermain game, belajar, dan berkomunikasi.

Metaverse modern sangat berbeda dari virtual reality (VR) tradisional karena menawarkan pengalaman yang lebih terintegrasi berdasarkan konsep blockchain, desentralisasi, dan interaksi sosial. VR mengacu pada perangkat yang, melalui penglihatan dan pendengaran, menyampaikan sensasi tenggelam di dunia virtual, yang muncul terutama di bawah pengaruh perkembangan industri video game. Sementara dalam virtual reality tradisional, para pengguna seringkali hanya mengamati lingkungan atau berpartisipasi dalam game, metaverse menciptakan akses ke ekosistem yang luas agar setiap orang tidak hanya dapat menjadi penonton, tetapi juga pembuat konten. Ini adalah ruang virtual yang memungkinkan Anda tidak hanya dapat bermain, tetapi juga bekerja, berkomunikasi, belajar, dan menghabiskan waktu bersama teman-teman, dengan tetap menjaga kepemilikan dan identitas digital.

Selain itu, pada tahun 2024, metaverse akan menekankan interaksi pengguna dan kemampuan membuat konten unik. Para pengguna dapat berpartisipasi aktif dalam perkembangan dunia dengan menciptakan objek unik, berinvestasi dalam perekonomian dan mengembangkan komunitas, sehingga menghasilkan pengalaman yang jauh lebih dinamis dan personal. Meskipun dunia virtual tradisional sering kali memiliki skenario dan konten yang tetap, metaverse bertujuan untuk menjadi platform tanpa batas yang berkembang bersama penggunanya. Paradigma baru interaksi dan partisipasi ini membuka cakrawala tak terbatas bagi kreativitas dan interaksi sosial, mengubah persepsi kita tentang virtualitas dan kemungkinan-kemungkinannya. Psikologi pengguna metaverse adalah topik menarik dan beragam yang memerlukan perhatian, karena mengubah persepsi kita tentang realitas, interaksi sosial, dan bahkan identitas diri.

Gartner memprediksi bahwa pada tahun 2026, 25% orang akan menghabiskan setidaknya satu jam sehari di metaverse: para pengguna akan berpartisipasi dalam acara dan konferensi virtual, anak sekolah dan siswa akan belajar di lingkungan virtual, dan akan memungkinkan untuk membeli properti virtual atau berbelanja barang di dunia virtual.

Contoh metaverse yang paling mencolok

Metaverse seperti Meta, Decentraland, dan The Sandbox mewakili pendekatan berbeda dalam menciptakan dunia virtual, dan masing-masing memiliki karakteristik dan tujuan tersendiri yang menjadikannya unik. 

Meta, organisasi induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, secara aktif mengerjakan proyek Horizon Worlds - sebuah metaverse interaktif yang dirancang untuk interaksi sosial dan kreativitas. Para pengguna dapat menggunakan avatarnya untuk berkomunikasi dengan anggota lain, mengunjungi berbagai lokasi virtual, dan berpartisipasi dalam aktivitas kolaboratif.

Horizon Worlds tersedia di perangkat realitas virtual Oculus Quest (headset virtual reality), yang memungkinkan para pengguna untuk sepenuhnya membenamkan diri dalam atmosfer metaverse. Platform ini menawarkan instrumen intuitif untuk membuat konten, sehingga para pengguna tanpa keahlian pemrograman khusus pun dapat menciptakan dunia dan objek mereka sendiri. Horizon Worlds menawarkan berbagai peluang untuk interaksi dan hiburan: para pengguna dapat membuat dan mendesain ruang, berkomunikasi dengan teman, menghadiri acara virtual besar-besaran (konser, konferensi, dan pameran), serta menjelajahi dunia lain, menjelajahi lokasi unik, dan membuat proyek sendiri .

Metaverse lainnya, Decentraland, dibangun di atas teknologi blockchain Ethereum, yang menawarkan kepada para penggunanya kemampuan untuk membeli sebidang tanah dalam bentuk non-fungible token (NFT), dan kemudian membangun berbagai objek di atasnya, seperti rumah, showroom, taman bermain, dan bahkan seluruh kota.

Proyek yang sama terkenalnya, The Sandbox, melangkah lebih jauh, menawarkan instrumen untuk membuat konten 3D, memungkinkan para pengguna yang tanpa keahlian pemrograman untuk mengembangkan game dan aplikasi mereka sendiri. Metaverse dirancang sedemikian rupa sehingga setiap pengguna dapat membantu mengembangkannya: membuat karakter dan objek, mengelola objek virtual, mengatur wilayah digital, mengubah ruang permainan, dll.

Bagaimana metaverse mempengaruhi otak kita 

Berinteraksi dengan dunia digital ini memengaruhi otak kita, mengubah cara kita memahami informasi dan berkomunikasi dalam dunia nyata. Pembenaman diri dalam virtual reality mengaktifkan bagian tertentu dari otak yang bertanggung jawab atas persepsi dan emosi, yang dapat menghasilkan pengalaman yang lebih hidup dan intens. Para pengguna metaverse dapat merasakan kehadiran dan empati dengan berinteraksi dengan avatar orang lain, yang memfasilitasi pembentukan ikatan sosial meskipun tanpa adanya kontak fisik, serta memungkinkan mereka untuk mengalami emosi yang tidak dapat diakses atau tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

Di sisi lain, paparan terus-menerus terhadap ruang virtual juga dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental. Keterlibatan dalam metaverse dapat menyebabkan isolasi, penurunan aktivitas fisik, dan ketidakseimbangan antara kehidupan virtual dan nyata. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi virtual secara berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan lainnya. Penting untuk menyadari risiko-risiko ini dan berusaha untuk menggunakan peluang yang disediakan metaverse secara harmonis untuk menjaga kesehatan mental dan menjalani kehidupan yang utuh di kedua dunia.

Interaksi sosial

Metaverse menawarkan format interaksi sosial baru. Para pengguna dapat berkomunikasi, berkolaborasi, dan berinteraksi satu sama lain tanpa memandang batas geografis. Hal ini mendorong terbentuknya komunitas global yang menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama dalam berbagai acara, kegiatan, atau proyek. Namun, anonimitas ini terkadang mengarah pada isolasi dan bahkan perilaku beracun, karena pengguna mungkin merasa lebih bebas di dunia maya dibandingkan di kehidupan nyata.

Identifikasi diri dan ekspresi diri

Tema penting lainnya adalah pengaruh metaverse terhadap identitas diri. Avatar virtual memungkinkan para pengguna untuk memilih bagaimana mereka akan direpresentasikan dalam ruang digital. Ini bisa menjadi instrumen yang ampuh untuk ekspresi diri dan eksplorasi berbagai aspek kepribadian Anda yang mungkin tidak muncul dalam kehidupan nyata. Namun perlu diingat bahwa kebebasan berekspresi ini juga dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran diri dan konsep diri yang lebih kompleks di mata orang lain.

Keadaan emosional dan kesehatan mental

Sikap pengguna terhadap dunia maya juga mempengaruhi keadaan emosinya. Misalnya, terlibat dalam metaverse dapat meringankan perasaan kesepian dan membantu orang yang mengalami kesulitan sosial. Pada saat yang sama, penggunaan virtual reality secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan penurunan kesehatan mental. Hal ini memerlukan kesadaran akan batasan dan keseimbangan kehidupan virtual dan nyata untuk menghindari konsekuensi negatif.

Menggunakan metaverse dalam psikoterapi

Ruang virtual menyediakan lingkungan unik yang membuat pasien dapat merasa lebih nyaman dan bebas, yang khususnya penting bagi mereka yang mengalami ketakutan atau kendala dalam lingkungan terapi tradisional. Pembenaman diri dalam metaverse memungkinkan terapis membuat simulasi yang membantu klien mengatasi berbagai situasi dan skenario, sehingga sangat memperluas repertoar teknik psikoterapi. Misalnya, virtual reality dapat digunakan untuk mengatasi fobia atau pengalaman traumatis dalam lingkungan yang aman dan terkendali.

Selain itu, metaverse membantu meningkatkan akses terhadap layanan psikoterapi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki masalah mobilitas. Lingkungan virtual memungkinkan sesi diadakan dalam format avatar, yang membantu para peserta terhubung dan berinteraksi satu sama lain pada tingkat yang mungkin tidak dapat mereka lakukan dalam kehidupan nyata. Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi tersebut tidak dapat sepenuhnya menggantikan metode tradisional dan penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan spesialis yang berkualifikasi. 

Masa depan psikologi di metaverse

Seiring berkembangnya metaverse, penting untuk memahami bagaimana dunia virtual ini akan terus mengubah persepsi kita. Seiring dengan berkembangnya teknologi, para pengguna akan menghadapi tantangan dan peluang baru. Oleh karena itu, ketika mempelajari psikologi pengguna metaverse, perlu mempertimbangkan faktor budaya dan sosial yang akan menentukan perilaku mereka di ruang ini.

Masa depan metaverse menjanjikan hal yang menarik, namun juga membawa sejumlah bahaya dan tantangan yang harus diperhitungkan. Salah satu ancaman utama adalah masalah keamanan data. Di ruang virtual, para pengguna berbagi informasi pribadi, dan dengan meningkatnya kejahatan dunia maya, melindungi data ini menjadi hal yang sangat penting. Kebocoran dan penyalahgunaan informasi tidak hanya menyebabkan kerugian finansial, namun juga konsekuensi psikologis yang serius bagi pengguna. Ada juga risiko kecanduan terhadap dunia maya, yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan hubungan sosial pengguna jika keseimbangan antara kehidupan nyata dan dunia maya terganggu.

Selain itu, aspek sosial dan etika metaverse harus diingat. Ketika ruang-ruang ini semakin terintegrasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari, muncul pertanyaan tentang pengaturan konten dan interaksi. Salah satu masalah seriusnya adalah kemungkinan misinformasi dan diskriminasi di lingkungan virtual. Selain itu, terdapat risiko peningkatan kesenjangan digital, ketika akses terhadap metaverse hanya menjadi hak istimewa kelompok masyarakat tertentu. Agar masa depan metaverse menjadi positif, penting untuk melakukan dialog terbuka tentang risiko dan secara aktif mengembangkan langkah-langkah untuk meminimalkannya, dengan tetap menjaga prinsip inti keselamatan dan keadilan.

Memahami psikologi pengguna dunia maya dapat membantu kita beradaptasi dengan lebih baik terhadap lingkungan baru dan memanfaatkan peluangnya untuk pertumbuhan pribadi dan sosial. Namun, penting untuk diingat bahwa hal ini juga disertai dengan tanggung jawab - baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat. Menciptakan metaverse yang aman dan suportif hanya mungkin dilakukan melalui analisis aktif terhadap dampaknya terhadap jiwa manusia.