Memprediksi harga Bitcoin merupakan suatu tugas menantang yang menarik banyak perhatian, baik dari kalangan trader profesional maupun pemula. Model dan metode yang digunakan untuk menganalisis dan memprediksi pergerakan harga Bitcoin pun cukup beragam. Dalam artikel ini, kita akan meninjau model Stock-to-Flow (S2F), yang telah menjadi salah satu metode yang paling banyak diperbincangkan dan populer dalam memprediksi harga Bitcoin.
Model Stock-to-Flow untuk Bitcoin. Sumber: LookIntoBitcoin.com
Model ini didasarkan pada konsep yang digunakan di pasar komoditas tradisional, seperti emas dan perak, serta memungkinkan nilai suatu aset untuk dievaluasi berdasarkan kelangkaannya. Mari kita lihat lebih dalam lagi apa itu model S2F, cara kerjanya, dan kesimpulan apa yang bisa kita ambil dari model tersebut.
Apa Itu Stock-to-Flow?
Stock-to-Flow adalah rasio antara pasokan (stock) aset yang beredar dan jumlah produksinya (flow). Adapun dalam konteks Bitcoin:
- Stock (pasokan) adalah total jumlah Bitcoin yang telah ditambang dan yang sedang beredar. Saat ini, jumlahnya mencapai lebih dari 19 juta Bitcoin.
- Flow (arus) adalah jumlah Bitcoin baru yang dibuat dari hasil penambangan selama periode tertentu (biasanya satu tahun). Setiap blok Bitcoin dibuat kira-kira setiap 10 menit, dan reward blok dikurangi setengahnya (halving) setiap 210.000 blok, yang terjadi kira-kira setiap empat tahun sekali.
Bagaimana Cara Kerja Model S2F?
Model S2F mengasumsikan bahwa tingkat kelangkaan yang lebih tinggi (rasio Stock-to-Flow yang tinggi) mendorong harga aset lebih tinggi. Inti dari model ini adalah semakin sedikit jumlah Bitcoin baru yang beredar di pasar (arus bawah), semakin bernilai pasokan yang ada.
Rumus untuk menghitung S2F adalah sebagai berikut: S2F = “pasokan” / “arus”.
Penerapan Model S2F pada Bitcoin
Model S2F dipopulerkan oleh seorang analis anonim dengan nama samaran PlanB pada tahun 2019. Ia menggunakan data pasokan dan arus Bitcoin, serta data harga historis untuk membuat grafik yang menunjukkan bagaimana harga Bitcoin dibandingkan dengan S2F-nya.
Berdasarkan model S2F, PlanB memperkirakan bahwa harga Bitcoin akan mencapai level yang tinggi, seperti $100.000 atau lebih dalam beberapa tahun ke depan, terutama setelah halving, di mana jumlah Bitcoin baru yang beredar pasar akan berkurang.
Kelebihan dan Kekurangan Model S2F
Kelebihan:
- Model ini mudah dipahami, bahkan oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan mendalam di bidang keuangan dan ekonomi.
- S2F mengandalkan data historis yang menunjukkan bagaimana harga Bitcoin berubah terhadap kelangkaannya.
- Model ini diproyeksikan untuk jangka panjang, sehingga cocok bagi investor yang menerapkan strategi “buy and hold”.
Kekurangan:
- Model S2F tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi harga Bitcoin, seperti sentimen pasar, perubahan teknologi, risiko regulasi, dan kondisi ekonomi global.
- Pasar kripto dikenal sangat fluktuatif, dan data historis tidak selalu menjadi indikator yang dapat diandalkan di masa mendatang.
- Beberapa pakar berpendapat bahwa model ini terlalu optimis dan mungkin tidak memperhitungkan potensi koreksi harga yang signifikan.
Kritik terhadap Model S2F
Meskipun model prediksi ini mampu memberikan hasil yang positif dan banyak menarik perhatian, S2F tetap mendapatkan banyak kritikan dari para pakar dan analis.
Salah satu argumen utama yang menentang model S2F ialah bahwa model ini mengabaikan banyak faktor yang memengaruhi harga Bitcoin. Para kritikus menilai bahwa S2F hanya menitikberatkan pada kelangkaan, padahal ada banyak aspek penting lainnya di pasar kripto. Emosi dan ekspektasi investor dapat memengaruhi dinamika harga secara signifikan, tetapi tidak diperhitungkan dalam model ini. Begitu pula dengan ketidakstabilan ekonomi, inflasi dan perubahan kebijakan moneter suatu negara, yang mana dapat berdampak signifikan terhadap permintaan Bitcoin.
Beberapa pakar menggarisbawahi bahwa meskipun model S2F mampu menunjukkan hasil yang positif di masa lampau, tetapi tidak menjamin efektivitasnya di masa depan. Bagaimanapun, data historis tidak selalu menjadi indikator yang dapat diandalkan: pasar kripto berubah dengan cepat, dan peristiwa-peristiwa yang dapat memengaruhi harga di masa lampau mungkin tidak akan terjadi lagi.
Para kritikus juga menunjukkan bahwa Bitcoin telah mengalami beberapa penurunan yang tajam, dan banyak pakar mengingatkan bahwa koreksi serupa dapat terulang kembali, terlepas dari kelangkaannya. Sementara itu, peningkatan jumlah mata uang kripto alternatif yang menawarkan solusi dan teknologi yang lebih menarik, dapat mengubah permintaan Bitcoin.
Bisakah Mengandalkan S2F?
Model Stock-to-Flow menyedikan tool yang menarik untuk menganalisis dan memprediksi harga Bitcoin, tetapi, seperti model lainnya, S2F juga memiliki keterbatasan. Sehingga, pengambilan keputusan investasi dengan hanya mengandalkan S2F menjadi berisiko.
Pendekatan terbaik adalah menggunakan S2F yang digabungkan dengan metode analisis lain, seperti analisis fundamental dan teknikal, serta mempertimbangkan kondisi pasar yang sedang berkembang. Penting untuk diingat bahwa pasar kripto rentan terhadap berbagai macam pengaruh, dan tak satu pun model dapat menjamin prediksi yang akurat.
Model Stock-to-Flow memberikan perspektif yang unik dalam memprediksi harga Bitcoin berdasarkan prinsip kelangkaan. Namun, mengingat volatilitas pasar kripto sangat tinggi, dianjurkan untuk selalu mempertimbangkan segala risikonya dan menggunakan pendekatan yang berbeda agar dapat membuat keputusan investasi yang tepat. Bagaimanapun, minat terhadap model S2F terus meningkat dan tetap menjadi bagian penting yang diperbincangkan di kalangan investor dan trader kripto.